Minggu, 19 Januari 2014

PG/TK Santo Arnoldus Jansen Nehas Liah Bing

Perwakilan Orang Tua Siswa Lakukan Gotong Royong Penambahan Ruang Belajar

Nehas Liah  Bing (19/1/14)


Dipimpin oleh Bapak Heang Tung, beberapa orang tua dari anak-anak PG/TK Santo Arnoldus Jansen di Nehas Liah Bing melaksanakan kegiatan gotong-royong untuk penambahan ruang belajar bagi anak-anak.

Sehabis makan siang, beberapa orang tua siswa mulai melaksanakan kegiatan gorong-royong yang didampingi langsung oleh Suster Hermine, SSpS selaku kepada Biara Sanctissima Trinitas Nehas Liah Bing serta salah satu pengajar, Suster Innes, SSpS.

Sebelumnya, PG/TK St. Arnoldus Jansen Nehas Liah Bing yang menggunakan sementara fasilitas bangunan gereja lama hanya memiliki 2 ruang kelas untuk kelas A dan B serta 1 kelas untuk kelompok bermain dan satu ruangan lainnya digunakan sebagai kantor.

Suster Hermine, SSpS yang saat ini juga menjadi pengajar Agama Katolik pada beberapa sekolah di Kecamatan Kung Beang mengungkapkan bahwa penambahan 2 ruang ruang tersebut akan difokuskan bagi kelompok bermain (PG) dimana 1 ruangan diperuntukan bagi kelas belajar dan 1 ruang sebagai ruang bermain.

Ditambahkan Suster Hermine, SSpS, bahwa sesuai dengan rencana tindak lanjut pasca PG/TK, kongregasi Suster SSpS di Nehas Liah Bing juga telah merencanakan untuk memulai karya pendidikan pada tingkat dasar, yaitu pengembangan Sekolah Dasar St. Arnoldus Jansen untuk menampung lulusan dari TK yang ada saat ini dan pada tahap awal, kami sepakat untuk menggunakan gedung sementara saat ini (gedung TK-gereja lama) dan akan masuk siang mulai pukul 11.00 wita dan orang tua siswa yang rencananya akan memasukan anak-anaknya ke sekolah tersebut juga telah sepakat.

Dimasa depan, rencananya akan dibangun sekolah di kompleks susteran SSpS Nehas Liah Bing, yaitu di RT-11 yang lokasinya berdekatan dengan Gereja Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing serta jalan poros Wehea yang menghubungkan beberapa desa di Sungai Wehea dan Telen.


Untuk mewujudnyatakan rencana tersebut, Suster Hermine, SSpS selaku kepala biara dan juga penanggungjawab rencana tersebut mengungkapkan bahwa pada saat ini memang masih dalam rencana karena keterbatasan dana yang mereka miliki, tetapi kami akan tetap berupaya selangkah demi selangkah dalam melaksanakan pengembangan karya pendidikan di wilayah ini sekaligus untuk menjawab minimnya pendidikan berkualitas di wilayah ini sambil berharap kiranya ada pihak lain yang ingin terlibat untuk menjadi donatur dalam mewujudkan rencana tersebut.

Note:
Bagi yang ingin berperan atau ingin memberikan donasi dapat mengirimkan melalui email atau mengunjungi blog kami dibawah ini.

417 anak ikuti Hari Anak Misioner di Desa Suka Maju

Nehas Liah Bing (5/1/14)

Sejak hari Kamis (2/1/14), ratusan anak dari 9 stasi dalam Paroki St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, berkumpul dalam suasana gembira untuk mengikuti Hari Anak Misioner yang berlangsung di Desa Suka Maju, Kecamatan Kung Beang, Kabupaten Kutai Timur, Kaltim.

Pekan Anak Misioner Tahun 2014 dibuka secara  melalui Misa Kudus yang dipimpin langsung oleh pastor paroki, Pater Lucius Tumanggor, SVD di Gereja St. Fransiskus Assisi, Desa Suka Maju.

Pater Lucius Tumanggor, SVD, mengungkapkan bahwa Pekan Misioner tsb akan berlangsung selama 4 hari tersebut dipusatkan di gereja stasi St. Fransiskus Assisi, SP-5 Wahau, Desa Suka Maju, Kung Beang.

Mengusung tema "Membawa Yesus kedalam Media Sosial" memberikan pesan tersendiri bagi anak-anak sebagai calon kaum muda Katolik untuk bergiat dan berbagi pesan iman dalam ragam media sosial yang marak dewasa ini.

Mengapa tema tsb disasarkan kepada anak-anak? Pater Lucius Tumanggor, SVD, selaku pastor paroki mengungkapkan bahwa saat media sosial seolah menjadi habitus baru yang terjadi saat ini, tentu anak-anak juga menjadi sasaran empuk akan terjangan media sosial ini.

Selain itu, kami melihat bahwa teknologi saat ini seolah menjadi barang biasa bagi semua kalangan termasuk anak-anak, oleh karena itu, anak-anak perlu untuk diarahkan agar memahami bagaimana menggunakan teknologi serta media sosial secara positif tanpa mengorbankan masa anak-anak mereka, lanjut Pater Lucius.

Kegiatan yang berlangsung selama 4 hari tsb diisi dengan berbagai kegiatan, al: lomba baca kitab suci, koor, quis, dll.

Selama kegiatan berlangsung didampingi oleh Suster Ines, SsPS dari Biara Sanctissima Trinitas Nehas Liah Bing selaku pembina, juga dibantu oleh Pater Adi Manek (selaku Pastor Rekan di paroki St. Maria RD), dan Frater Arki yg sedang menjalani masa TOP di Paroki St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing.

Pelaksanaan kegiatan Pekan Misioner tahun 2014 tersebut selain bertujuan untuk membangun dan memupuk semangat misioner bagi anak-anak yg tersebar di berbagai stasi, jg bertujuan untuk membangun semangat persaudaraan bagi anak2.


Sementara itu, dalam acara penutupan dilaksanakan malam kesenian yang selain sumbangan paduan suara anak-anak, juga ditampilkan tarian tradisional dari anak-anak yang datang dari berbagai stasi serta ragam suku.

Rabu, 11 Desember 2013

Suster SSPS Rencanakan Bangun Sekolah Dasar

Setelah berhasil membuka karya pendidikan dengan fokus pada anak-anak usia dini (PG/TK), para Suster SSpS di Biara Sanctissima Trinitas telah direncanakan tindak lanjut karya pendidikan pada tingkat pendidikan dasar, demikian seperti yang diungkapkan oleh Bapak Andreas Heng Tung, salah satu tokoh masyarakat di Desa Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wehea (Wahau), Kabupaten Kutai Timur, Kaltim.
Anak-anak TK Santo Arnoldus Jansen Nehas Liah Bing
Tantangan terbesar dari karya pendidikan yang dikembangkan oleh para Suster SSpS dalam wilayah Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing adalah dalam rangka merealisasikan rencana pembangunan gedung sekolah dasar sebagai langkah nyata untuk menampung siswa yang telah lulus TK pada tahun ajaran baru 2014. Sangat disayangkan apabila pola pendidikan yang telah didapat anak-anak TK saat ini terputus karena ketiadaan sekolah berkualitas di wilayah ini, ungkap Pater Lucius Tumanggor, SVD.

Sesuai dengan rencana jangka panjang, Yayasan Pendidikan yang menaungi PG/TK Santo Arnoldus Jansen akan melakukan pengembangan hingga ke tingkat pendidikan dasar. Minimal kita punya dulu 2-3 kelas, agar lulusan TK Santo Arnoldus Jansen dapat ditampung di sekolah tersebut.
bernyanyi sambil belajar_sebuah pola pendidikan di TK St. Arnoldus Jansen Nehas Liah Bing
Menyikapi hal tersebut, Chris Djoka, mengungkapkan bahwa perlu segera dipertimbangkan untuk memikirkan secara bersama bagaimana mewujudkan mimpi para Suster SSpS tersebut, terutama membangun ruang kelas demi menampung para lulusan TK-StAJ. Kita dapat meniru konsep yang dikembangkan oleh Romo Mangunwijaya dalam pengembangan Sekolah Dasar Eksperimental (SDE) Mangunan di Yogyakarta, tidak perlu sebuah bangunan yang mewah, tetapi yang mau ditonjolkan disini adalah sebuah kualitas yang luar biasa, karena dengan adanya sekolah berkualitas secara tidak langsung akan mampu mendongkrak kualitas sumberdaya manusia di wilayah ini, tutur Chris.

Suster Hermine, SSpS, dalam sebuah diskusi juga pernah mengungkapkan hal serupa. Menurut Bapak Heang Tung, seperti yang disampaikan pasca berdiskusi dengan Suster Hermine, SSpS, yang juga merupakan kepala biara Sanctissima Trinitas Nehas Liah Bing, bahwa lokasi pembangunan tidak ada masalah. Dengan ketersediaan lahan sekitar 1 hektar, kita dapat merencanakan banyak hal demi terciptanya sekolah berkualitas di wilayah ini.

Keberadaan sekolah berkualitas merupakan mimpi banyak kalangan. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu warga di Desa Karya Bhakti yang berjarak 7 km dari Biara Suster SSpS, bahwa mereka akan menyekolahkan anaknya di SD yang dikelola oleh para suster apabila sekolah tersebut telah ada. Hal tersebut artinya, bahwa jarak bukan merupakan kendala bagi masyarakat untuk mendapatkan akses pendidikan terbaik bagi anak-anak mereka.

Bila menilik SDE Mangunan Yogyakarta, sebuah sekolah yang menjadi salah satu basis penelitian dalam pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dimana hingga saat ini belum memiliki gedung sendiri (masih mengontrak rumah-rumah warga untuk ruang kelas, kantor, perpustakaan, dll), maka keberadaan sarana/prasarana sekolah yang megah dan mewah bukanlah tujuan akhir dari upaya menciptakan sebuah sekolah berkualitas tinggi. Mengapa? Karena kualitas sekolah bukan hanya ditentukan oleh faktor gedung/ruang kelas yang mewah, tetapi bagaimana sekolah dapat menciptakan sistemnya sendiri sebagai sebuah ciri khas didukung oleh para pengajar yang kompeten.

Selain itu, di wilayah Kecamatan Muara Wahau dan Kong Beng, bukan rahasia umum lagi bahwa dengan ketersediaan sarana/prasarana memadai dan didukung pendanaan dari pemerintah juga belum mampu mengangkat kualitas pendidikan di wilayah ini.

Sebagai sebuah langkah strategis, dalam mewujudkan rencana tersebut, tentunya walaupun dengan segala keterbatasannya akan mampu dijawab oleh para suster, seperti yang pernah terjadi saat akan merealisasikan pengembangan PG/TK yang ada saat ini.

Sebuah perjalanan yang tidak mudah tentunya bagi para Suster SSpS untuk mengembangkan karya pendidikan, dan semoga selalu yakin, bahwa para Suster tidak berjalan sendirian, karena akan ada "tangan-tangan" lain yang bersedia secara sukarela untuk mewujudnyatakan karya pendidikan yang mulai dikembangkan tersebut..... Semoga......


Selasa, 03 Desember 2013

Santo Arnoldus Jansen

ST. ARNOLDUS JANSSEN PENDIRI TIGA KONGGREGASI
JALAN HIDUP & RAHASIA KEBERHASILAN

Arnoldus Janssen dilahirkan pada 5 November 1837 di Goch, dataran rendah sungai Rhein. Ayahnya bernama Gerhard Janssen dan ibunya Anna Katharina Wellesen. Allah mengaruniakan pasangan itu sebelas anak, tiga diantaranya meninggal dalam usia kanak-kanak.

Dari tujuh anak bersaudara bersama dengan Arnoldus, lima saudara dan dua saudari, yang menikah adalah saudarinya tertua yakni Margaretha dan saudara-saudaranya Gerhard, Peter dan Theodor. Hanya Peter tidak mempunyai anak. Seorang saudaranya yang lain, Wilhelm, menjadi bruder dalam ordo Kapusin dengan nama Juniperus. Saudaranya yang bungsu, bernama Yohanes, lahir pada 15.10.1853, enam belas tahun lebih muda dari Arnoldus. Dia disuruh Arnoldus supaya belajar.

Sebagai diakon dia bergabung dengan Arnoldus ketika dia baru saja mendirikan Rumah Misi. Kemudian Yohanes menjadi imam dan menjadi seorang pembantu yang sangat penting bagi Arnoldus, tapi sudah meninggal pad 1898 dalam usia 44 tahun.

Sesudah tiga tahun di sekolah rakyat (1844-1847) dan sesudah satu tahun persiapan pada sebuah sekolah rektorat kecil yang baru saja dibuka di Goch, Arnoldus diterima pada gymnasium keuskupan di Gaesdonck pada perbatasan Belanda dekat Goch. Sebagai siswa ekstern dia menamatkan SMA di Münster pada 1855. Meskipun dia sudah berpikir untuk menjadi imam, - waktu itu umurnya 18 tahun - dia lalu belajar, mengikuti keinginannya, mula-mula matematika dan pengetahuan alam di Münster (1855-1857) dan di Bonn (1857-1859) lalu dia dapat menyelesaikan pelajaran-pelajaran ini dengan memperoleh wewenang mengajar untuk semua vak pada gymnasium. Dalam musim panas 1859 dia mulai dengan studi teologi, yang dilanjutkannya di Münster dalam musim gugur 1859. Pada tanggal 15 Agustus 1861 dia menerima tahbisan imam dalam Katedral di Münster.

Sesuai dengan latar belakang pendidikannya, imam muda Janssen ditunjuk oleh Uskupnya sebagai pengajar pada Höheren Bürgerschule di Bocholt (Westfalen).

Di situ dia bertugas selama 12 tahun sebagai pengajar matematika dan ilmu pengetahuan alam, sekaligus memberikan pelayanan pastoral dalam paroki St. Georg di kota itu. Sejak 1865 dia mulai giat untuk "Kerasulan Doa", mula-mula sebagai "promotor", kemudian sejak 1869 sebagai direktur diosesan dalam keuskupan Münster.

Untuk anggota-anggota perhimpunan doa itu dia menyusun sebuah "Buku kecil untuk penerimaan anggota Kerasulan Doa" dan sebuah "Pedoman kecil untuk Doa Bersama" yang disebarluaskannya sendiri dengan giat. Untuk bisa lebih bebas melayani kegiatan apostolis sebagai imam yang sudah dimulainya itu, dia minta supaya dibebastugaskan sebagai pengajar di Bocholt pada 1873, lalu dia menjadi kaplan untuk suster-suster Ursulin di Kempen. Mulai Januari 1874 dia menerbitkan sebuah majalah populer dengan nama "Kleiner Herz-Jesu-Bote" (Utusan Kecil Hati Yesus), dengan maksud mencari pelanggan untuk membantu Misi "intern", yakni di tanah airnya dan terutama untuk membantu Misi "ekstern" yakni Misi di antara orang kafir.

Tidak lama kemudian dia sudah menguraikan dalam majalahnya tentang perlunya mendirikan sebuah Rumah Misi di Jerman untuk mendidik misionaris-misionaris.

Dalam bulan Mei 1874 Arnoldus Janssen bertemu dengan Mgr. Raimondi, peserta pendiri seminari Misi di Milano, Prefek Apostolik dan tidak lama kemudian Uskup di Hongkong, yang kebetulan menjadi tamu pastor Ludwig von Essen di Neuwerk dekat Mönchengladbach.

Atas desakan Uskup Raimondi, bahwa jika tidak ada seorang yang mau bertindak, maka hendaknya Janssen sendiri mendirikan Rumah Misi yang diperlukan itu. Dan akhirnya, pada tanggal 8 September 1875, bertempat di Steyl, dalam distrik Tegelen, Belanda, Arnoldus Janssen membuka Rumah Misi "St. Mikhael", yang menjadi Rumah Induk "Serikat Sabda Allah".

Kendati permulaan yang sangat sederhana dan kendati serba kesulitan intern selama setengah tahun pertama, tanpa disangka-sangka telah mulailah perkembangan Rumah Misi dan Serikat Misi. Tahun demi tahun dapat didirikan bangunan yang baru.

Jumlah siswa dan calon bruder senantiasa bertambah demikian rupa, sehingga rumah itu pada 1900 sudah menampung sekitar 650 orang, yaitu sekitar 45 imam, 290 bruder dan novis bruder dan hampir 320 siswa.

Dalam sebuah percetakan milik sendiri diterbitkan mula-mula hanya "Der Kleine Herz-Jesu-Bote", tapi sejak 1878 juga majalah bulanan "Stadt Gottes" dan sejak 1880 "St. Michaelskalender". Dalam musim gugur 1877 dimulai dengan suatu gerakan khalwat, yang dari tahun ke ahun menarik ratusan, bahkan ribuan imam dan awam, pria dan wanita untuk mengikuti hari-hari retret dalam Rumah Misi dan dengan demikian memperkenalkannya dalam lingkungan-lingkungan lebih luas. Tapi Rumah Misi itu terlebih lagi diperkenalkan lewat majalah-majalah, yang mencapai oplah yang tinggi.

Pada saat kematian Pendiri (1909), "Der Kleine Herz-Jesu-Bote" (kemudian menjadi "Steyler Missionsbote") mempunyai 41.000 pelanggan, "Stadt Gottes" 220.000, "St. Michaelskalender" malahan 655.000, di samping itu edisi Belanda dengan oplah 48.000. Lebih dari 63.600 orang, baik pria maupun wanita telah ambil bagian pada 592 retret di Rumah Misi.

Sejak 1888 telah dibuka cabang-cabang Serikat lebih lanjut: di Roma (St. Rafael), Mödling dekat Wina (St. Gabriel), Neisse, Slesia (Heiligkreuz), di Saarland (St. Wendel), Bischofshofen, Salzburg (St. Rupert), dan akhirnya dalam musim panas 1908 diambil keputusan untuk membuka Rumah Misi yang pertama di Amerika Serikat: St. Mary's di Techny dekat Chicago.

Masih dalam hidupnya Arnoldus Janssen telah mengambil alih daerah-daerah Misi dan wilayah-wilayah karya di semua benua. Dia sendiri dapat mengutus lebih dari 800 misionaris (333 imam, 187 bruder, 301 suster) ke: Cina (Shantung Selatan), Togo, Papua Nugini, Jepang, Argentina, Brasilia, Chile dan Paraguay, ke Amerika Utara, juga untuk karya Misi di antara orang-orang Negro yang sangat terlantar di negara-negara selatan. Perundingan-perundingan mengenai kegiatan di Filipina hampir diakhiri, sehingga pada 1909 misionaris-misionaris dari Steyl bisa datang ke pulau-pulau ini.

Sejak mula Arnoldus Janssen sudah memahami pentingnya keterlibatan suster-suster dalam kegiatan Misi, tapi baru pada 1889 dia mendirikan serikat suster-suster "Abdi-abdi Roh Kudus", yang berkembang demikian pesat, sehingga pada 1909 sudah ada sejumlah 450 suster Misi yang berkaul, 80 novis dan 30 postulan. Di Argentina, Togo, Papua Nugini, USA, Brasilia, Shantung Selatan (Cina) dan Jepang suster-suster SSpS sudah bekerja di samping para imam dan bruder. Pada waktu mendirikan kongregasi suster-suster Misi sudah dipikirkan mengenai satu cabang untuk suster-suster Adorasi Abadi yang dibentuk pada 1896 dan telah berkembang sebagai satu kongregasi tersendiri yakni suster-suster "Abdi-abdi Roh Kudus dari Adorasi Abadi". Pada 1909 jumlah mereka 30 suster, termasuk novis-novis dan postulan-postulan.

Karya yang dibangun dan dikembangkn oleh Arnoldus Janssen, dipimpinnya juga dengan seluruh tenaga pribadinya sampai dengan penyakit pitam yang dideritanya pada akhir Oktober 1908.

Ketika ia tutup usia pada 15 Januari 1909, ia meninggalkan karya Misi dari Steyl yang terdiri dari tiga serikat Misi itu dalam keadaan demikian mantap, sehingga selama dasawarsa-dasawarsa berikut, kendati menghadapi krisis serta kerugian yang besar akibat dua perang Dunia dan dalam masa nasional sosialisme, dapat berkembang terus dan menjadi salah satu dari antara serikat-serikat Misi terbesar di dalam Gereja.


Rahasia Keberhasilan: Arnold Janssen - Seorang Kudus
Kehidupan dan karya Arnoldus Janssen memberikan kesan yang demikian kuat, sehingga orang harus berkata: dia telah melaksanakan sesuatu yang luar biasa. Rasanya sukses-sukses karyanya lebih mengagumkan, bila orang ingat bahwa sejak masa mudanya dia menunjukkan dengan jelas batas-batas kemampuan dan batas-batas aslinya.

Pada gymnasium di Gaesdonck dia harus mengulang kelas III. Hal itu bisa dimengerti, karena memang persiapan pada sekolah rektorat di Goch tidak mencukupi. Tapi dia sendiri beberapa kali mengakui bahwa di gymnasium itu dia sungguh-sungguh harus membanting tulang. Tentang itu dia mengungkapkan dalam kenangan-kenangannya yang didiktekannya kepada P. Reinke. Pada 1902 dia berkata kepada sekretarisnya P. Jakob Koch: "Sampai sekarang saya tidak mengerti bagaimana sampai terjadi waktu itu (1849) sehingga saya dapat diterima di Gaesdonck, padahal saya jauh lebih lemah dari semua yang lain.

Dalam hal studi saya sama sekali tidak pernah cemerlang, hanya satu kali saya sampai mendapat pujian pada censur, tapi tidak pernah sampai mendapat bonus". Tapi dia berusaha sungguh-sungguh dan dapat mencapai hasil-hasil yang baik dalam matematika dan ilmu pengetahuan alam, dan meskipun di bidang bahasa dia tetap lemah, namun sebagai siswa ektern dia bisa lulus dalam ujian akhir di Münster pada 1855.

Di Bocholt dia adalah seorang yang bekerja teliti, penuh perhatian, tapi bukan seorang guru yang cemerlang, sebagaimana kemudian disaksikan oleh banyak di antara siswa-siswanya. Selama hidupnya dia tetap seorang yang dalam bekerja agaknya lebih lamban dan pelan. Beberapa kali dia menyatakan rasa kagumnya bahwa P. Blum bias bekerja lebih mudah dan cepat. Satu hal yang menegaskan penilaian ini ialah juga pendapat yang negatif dari orang-orang yang mengenalnya, apabila mereka mendengar tentang rencana-rencananya mengenai pembangunan Rumah Misi.

Bagaimana dapat dijelaskan, bahwa Arnoldus Janssen kendati batas-batas kemampuannya yang demikian dapat menyelesaikan dengan cara yang begitu berhasil tugas yang diberikan Allah kepadanya, yakni mendirikan dan meluaskan karya Misi dari Steyl itu dengan segala tuntutannya?

P. Hermann Fischer menulis dalam usaha untuk memahami lebih baik pribadi Pendiri Serikat-serikat Misi dari Steyl itu, yang oleh begitu banyak orang disalahpahami tapi dikagumi, sebagai berikut: "Kunci untuk mengetahui watak Arnoldus Janssen yang sulit dipahami itu ialah penalaran dan penilaiannya yang sangat bersifat asketis. Baginya adalah suatu hal yang hampir kodrati, bahwa ia melihat dan memperlakukan segala sesuatu yang dihadapinya dari sudut pandangan adikodrati".

Dengan sesungguhnya, dalam hidup pribadi dan juga dalam semua rencana dan tindakannya dia adalah pada intinya satu pribadi yang ditentukan oleh sikap dasar religiusnya.

Dia adalah seorang yang sangat mesra bersatu dengan Allah dan pasrah kepada Allah. Maka kita boleh mengatakan: dia adalah seorang kudus, sebagaimana diakui oleh Gereja dengan menggelarnya sebagai Yang Bahagia.


Sangat tepat ialah ungkapan tentang pribadi dan karya Pendiri Serikat-serikat Misi dari Steyl itu juga seperti terdapat dalam judul sebuah gambar bersuara oleh P. Johann Rzitka SVD: "Seorang yang percaya, yang berani bertindak", dan dalam judul buku riwayat hidup Arnoldus Janssen oleh Udo Haltermann "Seorang beriman menempuh jalannya". Sikap iman yang kokoh itu telah memungkinkan karya Arnoldus Janssen dan telah menguduskannya di dalam pelaksanaan tugas hidupnya.

Kongregasi Suster SSpS Nehas Liah Bing

Biara Sanctissima Trinitas

Pusat Kongregasi SSpS di Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Kaltim



Setelah resmi memulai karya pelayanannya di Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wehea, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, para suster yang tergabung dalam Kongregasi SSpS akhirnya mengambil nama Sanctissima Trinitas sebagai nama biaranya.
 
anak-anak PG/TK Santo Arnoldus Jansen Nehas Liah Bing
Pembukaan sekaligus peresmian biara tersebut langsung dilakukan oleh Almarhum Mgr. Sului Florentinus, MSF (Uskup Agung Samarinda) pada tanggal 31 Mei 2009.

Lokasi biara para Suster SSpS tersebut pada saat ini hanya berjarak sekiar 100 meter dari Gereja dan Pastoran Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing dan hanya berjarak sekitar 80-an meter dari Jalan Paroki sebagai jalan utama yang menghubungkan Jalan Raya Wehea (arah Jembatan Wehea) menuju Kampung Nehas Liah Bing.

Letaknya yang sangat strategis dalam sebuah lokasi seluas lebih dari 1 hektar dimasa depan diharapkan dapat terintegrasi dengan semua kegiatan dalam karya pelayanan yang telah direncanakan.

Suster Louis, SSpS, yang saat ini berkarya di wilayah Kecamatan Mensalong (Lumbis), Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara pada awal tahun 2013 mengungkapkan bahwa dipilihnya lokasi saat ini merupakan sebuah berkat tersendiri karena langsung berdekatan dengan kompleks Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing.

Sebelumnya, para suster bersama dengan almarhum Remygius Ukat, SVD, memilih lokasi yang berada jauh dari akses jalan (jalan penghubung yang direncanakan belum dibangun), sehingga dimasa depan diperkirakan akan menyulitkan aksesibilitas para suster untuk melaksanakan karyanya, sehingga akhirnya bagaikan “mujizat” salah satu warga Nehas Liah Bing merelakan lahannya untuk dibeli oleh Kongregasi SSpS dan melalui perjuangan berliku serta peran serta umat, akhirnya terbangunlah bangunan biara saat ini.

Suster Hermine, SSpS, selaku suster kepala dalam beberapa pertemuan selalu mengungkapkan harapan akan lancarnya karya para Suster SSpS dalam wilayah paroki ini.

Pada saat ini, selain melaksanakan kegiatan yang mendukung pelayanan pastoral, para suster juga menjadi staff pengajar pada beberapa sekolah (SMP & SMA), diantaranya adalah Suster Hermine, SSpS dan Suster Caroline, sedangkan Suster Ines, SSpS, yang juga merupakan organis paroki menjadi pengajar di PG/TK Santo Arnoldus Jansen yang terletak di RT. 03, Nehas Liah Bing.

Sebagai sebuah biara yang belum lama berdiri, tantangan besar seolah menunggu, tetapi dengan doa dan harapan, beberapa tantangan dapat dilewati.


Sebelum menempati biara yang ada saat ini, para Suster SSpS mengontrak sebuah rumah seorang warga desa untuk dijadikan biara sementara, dan dengan tekad yang luar biasa, tentunya dengan bantuan dan peran dari umat paroki, mimpi untuk mendirikan biara sebagai pusat kegiatan untuk melaksanakan pelayanan akhirnya terwujud.
 
suster bersama rekan pengajar
Sementara tantangan lainnya pun sudah berhasil dilewati. Perjuangan untuk mengembangkan sekolah berhasil dirintis, bekerjasama dengan Dewan Pastoral dan Pastor Paroki serta umat, akhirnya berhasil membuka sekolah untuk anak usia dini, yaitu Play Group dan Taman Kanak-Kanak yang kemudian dinamai PG/TK Santo Arnoldus Jansen.

Berdirinya biara serta pengembangan PG/TK yang ada saat ini diharapkan dapat menjadi cikal bakal pengembangan pendidikan berkualitas di wilayah paroki Santa Maria Ratu Damai.

anak-anak pg/tk St. Arnoldus Jansen
Pater Lucius Tumanggor, SVD, selaku pastor paroki mengungkapkan harapannya agar kelak setelah PG/TK, Kongregasi SSpS harus segera memikirkan kelanjutannya, yaitu pendidikan tingkat Sekolah Dasar.  Untuk itu, mulai sekarang perlu segera dipikirkan untuk segera menginisiasi dalam rangka mempersiapkan gedungnya. Biar sederhana dahulu, yang penting dapat menampung lulusan TK kelak, tutur Pater Lucius, SVD.

seorang anak TK. St. Arnoldus Jansen
Dalam rencana pengembangan, Biara Sanctissima Trinitas sebagai pusat kegiatan para Suster SSpS dimasa depan direncakan akan terintegrasi langsung dengan pusat pendidikan yang direncakan mulai dari PG/TK hingga Sekolah Dasar.

suasana belajar

Pilihan untuk mengembangkan pendidikan dasar menjadi sangat penting karena tanpa pendidikan dasar yang berkualitas, maka akan sangat sulit untuk menyiapkan generasi muda yang berkualitas pula, sehingga walaupun tantangannya saat ini sangat berat, tetapi dengan tekad dan semangat serta doa, para Suster SSpS percaya bahwa secara perlahan, mimpi besar mereka akan terwujud.


Hadirnya Biara Sanctissima Trinitas yang digawangi oleh para Suster SSpS dimasa depan diharapkan dapat memberi warna baru, baik dalam dukungan terhadap peningkatan pelayanan pastoral, juga dalam berbagai karya pelayanan pastoral lainnya termasuk pengembangan karya pendidikan……..semoga…………………

Suster Inez, SSpS

Mengajar Sambil Bermusik


Dengan raut muka berbalut keceriaan, Suster Ines, SSpS, demikian dia akrab dipanggil tampak bersemangat mengatur anak-anak yang menjadi bagian dari PG/TK Santo Arnoldus Jansen Nehas Liah Bing pagi itu (3/12/13).
 
mengajar sambil bermusik
Gayanya yang lincah seolah menjadi pengiring semangat bagi Suster Inez, SSpS dalam mengimplementasikan semangat kongregasinya dalam totalitas pelayanan karya dibidang pendidikan.

Sebelum bertugas di wilayah Biara Sanctissima Trinitas, Suster Ines, SSpS bertugas di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
 
Suster Inez, SSpS dengan gitarnya
Menjadi “komandan” di TK (Kelas-B), Suster Inez, SSpS seolah tidak ingin melepaskan “talenta”nya barang sejenak. Pagi itu, sebuah gitar terpajang tepat disamping meja ruang kelas yang tertata rapi.

Setelah kegiatan awal di pagi itu, ditambah dengan kegiatan yang tidak diduga, yaitu foto bersama anak-anak PG/TK, dengan tertib guru dan murid PG/TK memasuki masing-masing kelas termasuk Suster Inez.
 
bersama anak-anak PG/TK dan rekan pengajar lainnya
Dalam beberapa menit, gitar yang terpajang itupun telah berpindah. Sambil berdiri dan memegang gitar, tiba-tiba terdengar petikan suara gitar diiringi oleh anak-anak yang bernyanyi.

Sebuah kekhasan dan sadar akan talentanya, Suster Inez, SSpS, rupanya telah memberi “rasa” dan warna lain dalam kelas di pagi itu. Petikan gitar diiringi nyanyian anak-anak yang penuh semangat juga menciptakan sebuah suasana yang berbeda.

Mencoba mencermati, ternyata sebuah padanan tercipta dengan indahnya, Suster Inez ternyata bukan hanya memeriahkan suasana kelas di pagi itu dengan petikan gitarnya, tetapi dia juga mengajar. Mengutip kata bijak dari beberapa pengamat pendidikan, apa yang terlihat pagi itu seolah seperti “mengajar sambil bermain musik”, yang bertujuan selain membangun “rasa musical” anak-anak, juga sebagai bagian yang terintegrasi dengan penyampaian materi.


Dalam metode pengajaran, hal-hal seperti itu pada saat ini sangat diharapkan, khususnya untuk membangun “kecerdasan  ganda” pada anak-anak. Salute dengan metodenya, semoga PG/TK Santo Arnoldus Jansen dimasa depan akan semakin berkembang dengan berani mengusung cirinya sendiri dalam upaya memajukan pendidikan di wilayah ini…..Selamat………………… (admin).

Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Perjalan Ziarah Suster Reneldis SSpS ke Stayl dan ...

Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Perjalan Ziarah Suster Reneldis SSpS ke Stayl dan ...: Suster Reneldis, SSpS Hampir dua tahun bertugas di Paroki St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing. Berkarya bersama dua rekan suster lainny...