Rabu, 11 Desember 2013

Suster SSPS Rencanakan Bangun Sekolah Dasar

Setelah berhasil membuka karya pendidikan dengan fokus pada anak-anak usia dini (PG/TK), para Suster SSpS di Biara Sanctissima Trinitas telah direncanakan tindak lanjut karya pendidikan pada tingkat pendidikan dasar, demikian seperti yang diungkapkan oleh Bapak Andreas Heng Tung, salah satu tokoh masyarakat di Desa Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wehea (Wahau), Kabupaten Kutai Timur, Kaltim.
Anak-anak TK Santo Arnoldus Jansen Nehas Liah Bing
Tantangan terbesar dari karya pendidikan yang dikembangkan oleh para Suster SSpS dalam wilayah Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing adalah dalam rangka merealisasikan rencana pembangunan gedung sekolah dasar sebagai langkah nyata untuk menampung siswa yang telah lulus TK pada tahun ajaran baru 2014. Sangat disayangkan apabila pola pendidikan yang telah didapat anak-anak TK saat ini terputus karena ketiadaan sekolah berkualitas di wilayah ini, ungkap Pater Lucius Tumanggor, SVD.

Sesuai dengan rencana jangka panjang, Yayasan Pendidikan yang menaungi PG/TK Santo Arnoldus Jansen akan melakukan pengembangan hingga ke tingkat pendidikan dasar. Minimal kita punya dulu 2-3 kelas, agar lulusan TK Santo Arnoldus Jansen dapat ditampung di sekolah tersebut.
bernyanyi sambil belajar_sebuah pola pendidikan di TK St. Arnoldus Jansen Nehas Liah Bing
Menyikapi hal tersebut, Chris Djoka, mengungkapkan bahwa perlu segera dipertimbangkan untuk memikirkan secara bersama bagaimana mewujudkan mimpi para Suster SSpS tersebut, terutama membangun ruang kelas demi menampung para lulusan TK-StAJ. Kita dapat meniru konsep yang dikembangkan oleh Romo Mangunwijaya dalam pengembangan Sekolah Dasar Eksperimental (SDE) Mangunan di Yogyakarta, tidak perlu sebuah bangunan yang mewah, tetapi yang mau ditonjolkan disini adalah sebuah kualitas yang luar biasa, karena dengan adanya sekolah berkualitas secara tidak langsung akan mampu mendongkrak kualitas sumberdaya manusia di wilayah ini, tutur Chris.

Suster Hermine, SSpS, dalam sebuah diskusi juga pernah mengungkapkan hal serupa. Menurut Bapak Heang Tung, seperti yang disampaikan pasca berdiskusi dengan Suster Hermine, SSpS, yang juga merupakan kepala biara Sanctissima Trinitas Nehas Liah Bing, bahwa lokasi pembangunan tidak ada masalah. Dengan ketersediaan lahan sekitar 1 hektar, kita dapat merencanakan banyak hal demi terciptanya sekolah berkualitas di wilayah ini.

Keberadaan sekolah berkualitas merupakan mimpi banyak kalangan. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu warga di Desa Karya Bhakti yang berjarak 7 km dari Biara Suster SSpS, bahwa mereka akan menyekolahkan anaknya di SD yang dikelola oleh para suster apabila sekolah tersebut telah ada. Hal tersebut artinya, bahwa jarak bukan merupakan kendala bagi masyarakat untuk mendapatkan akses pendidikan terbaik bagi anak-anak mereka.

Bila menilik SDE Mangunan Yogyakarta, sebuah sekolah yang menjadi salah satu basis penelitian dalam pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dimana hingga saat ini belum memiliki gedung sendiri (masih mengontrak rumah-rumah warga untuk ruang kelas, kantor, perpustakaan, dll), maka keberadaan sarana/prasarana sekolah yang megah dan mewah bukanlah tujuan akhir dari upaya menciptakan sebuah sekolah berkualitas tinggi. Mengapa? Karena kualitas sekolah bukan hanya ditentukan oleh faktor gedung/ruang kelas yang mewah, tetapi bagaimana sekolah dapat menciptakan sistemnya sendiri sebagai sebuah ciri khas didukung oleh para pengajar yang kompeten.

Selain itu, di wilayah Kecamatan Muara Wahau dan Kong Beng, bukan rahasia umum lagi bahwa dengan ketersediaan sarana/prasarana memadai dan didukung pendanaan dari pemerintah juga belum mampu mengangkat kualitas pendidikan di wilayah ini.

Sebagai sebuah langkah strategis, dalam mewujudkan rencana tersebut, tentunya walaupun dengan segala keterbatasannya akan mampu dijawab oleh para suster, seperti yang pernah terjadi saat akan merealisasikan pengembangan PG/TK yang ada saat ini.

Sebuah perjalanan yang tidak mudah tentunya bagi para Suster SSpS untuk mengembangkan karya pendidikan, dan semoga selalu yakin, bahwa para Suster tidak berjalan sendirian, karena akan ada "tangan-tangan" lain yang bersedia secara sukarela untuk mewujudnyatakan karya pendidikan yang mulai dikembangkan tersebut..... Semoga......


Selasa, 03 Desember 2013

Santo Arnoldus Jansen

ST. ARNOLDUS JANSSEN PENDIRI TIGA KONGGREGASI
JALAN HIDUP & RAHASIA KEBERHASILAN

Arnoldus Janssen dilahirkan pada 5 November 1837 di Goch, dataran rendah sungai Rhein. Ayahnya bernama Gerhard Janssen dan ibunya Anna Katharina Wellesen. Allah mengaruniakan pasangan itu sebelas anak, tiga diantaranya meninggal dalam usia kanak-kanak.

Dari tujuh anak bersaudara bersama dengan Arnoldus, lima saudara dan dua saudari, yang menikah adalah saudarinya tertua yakni Margaretha dan saudara-saudaranya Gerhard, Peter dan Theodor. Hanya Peter tidak mempunyai anak. Seorang saudaranya yang lain, Wilhelm, menjadi bruder dalam ordo Kapusin dengan nama Juniperus. Saudaranya yang bungsu, bernama Yohanes, lahir pada 15.10.1853, enam belas tahun lebih muda dari Arnoldus. Dia disuruh Arnoldus supaya belajar.

Sebagai diakon dia bergabung dengan Arnoldus ketika dia baru saja mendirikan Rumah Misi. Kemudian Yohanes menjadi imam dan menjadi seorang pembantu yang sangat penting bagi Arnoldus, tapi sudah meninggal pad 1898 dalam usia 44 tahun.

Sesudah tiga tahun di sekolah rakyat (1844-1847) dan sesudah satu tahun persiapan pada sebuah sekolah rektorat kecil yang baru saja dibuka di Goch, Arnoldus diterima pada gymnasium keuskupan di Gaesdonck pada perbatasan Belanda dekat Goch. Sebagai siswa ekstern dia menamatkan SMA di Münster pada 1855. Meskipun dia sudah berpikir untuk menjadi imam, - waktu itu umurnya 18 tahun - dia lalu belajar, mengikuti keinginannya, mula-mula matematika dan pengetahuan alam di Münster (1855-1857) dan di Bonn (1857-1859) lalu dia dapat menyelesaikan pelajaran-pelajaran ini dengan memperoleh wewenang mengajar untuk semua vak pada gymnasium. Dalam musim panas 1859 dia mulai dengan studi teologi, yang dilanjutkannya di Münster dalam musim gugur 1859. Pada tanggal 15 Agustus 1861 dia menerima tahbisan imam dalam Katedral di Münster.

Sesuai dengan latar belakang pendidikannya, imam muda Janssen ditunjuk oleh Uskupnya sebagai pengajar pada Höheren Bürgerschule di Bocholt (Westfalen).

Di situ dia bertugas selama 12 tahun sebagai pengajar matematika dan ilmu pengetahuan alam, sekaligus memberikan pelayanan pastoral dalam paroki St. Georg di kota itu. Sejak 1865 dia mulai giat untuk "Kerasulan Doa", mula-mula sebagai "promotor", kemudian sejak 1869 sebagai direktur diosesan dalam keuskupan Münster.

Untuk anggota-anggota perhimpunan doa itu dia menyusun sebuah "Buku kecil untuk penerimaan anggota Kerasulan Doa" dan sebuah "Pedoman kecil untuk Doa Bersama" yang disebarluaskannya sendiri dengan giat. Untuk bisa lebih bebas melayani kegiatan apostolis sebagai imam yang sudah dimulainya itu, dia minta supaya dibebastugaskan sebagai pengajar di Bocholt pada 1873, lalu dia menjadi kaplan untuk suster-suster Ursulin di Kempen. Mulai Januari 1874 dia menerbitkan sebuah majalah populer dengan nama "Kleiner Herz-Jesu-Bote" (Utusan Kecil Hati Yesus), dengan maksud mencari pelanggan untuk membantu Misi "intern", yakni di tanah airnya dan terutama untuk membantu Misi "ekstern" yakni Misi di antara orang kafir.

Tidak lama kemudian dia sudah menguraikan dalam majalahnya tentang perlunya mendirikan sebuah Rumah Misi di Jerman untuk mendidik misionaris-misionaris.

Dalam bulan Mei 1874 Arnoldus Janssen bertemu dengan Mgr. Raimondi, peserta pendiri seminari Misi di Milano, Prefek Apostolik dan tidak lama kemudian Uskup di Hongkong, yang kebetulan menjadi tamu pastor Ludwig von Essen di Neuwerk dekat Mönchengladbach.

Atas desakan Uskup Raimondi, bahwa jika tidak ada seorang yang mau bertindak, maka hendaknya Janssen sendiri mendirikan Rumah Misi yang diperlukan itu. Dan akhirnya, pada tanggal 8 September 1875, bertempat di Steyl, dalam distrik Tegelen, Belanda, Arnoldus Janssen membuka Rumah Misi "St. Mikhael", yang menjadi Rumah Induk "Serikat Sabda Allah".

Kendati permulaan yang sangat sederhana dan kendati serba kesulitan intern selama setengah tahun pertama, tanpa disangka-sangka telah mulailah perkembangan Rumah Misi dan Serikat Misi. Tahun demi tahun dapat didirikan bangunan yang baru.

Jumlah siswa dan calon bruder senantiasa bertambah demikian rupa, sehingga rumah itu pada 1900 sudah menampung sekitar 650 orang, yaitu sekitar 45 imam, 290 bruder dan novis bruder dan hampir 320 siswa.

Dalam sebuah percetakan milik sendiri diterbitkan mula-mula hanya "Der Kleine Herz-Jesu-Bote", tapi sejak 1878 juga majalah bulanan "Stadt Gottes" dan sejak 1880 "St. Michaelskalender". Dalam musim gugur 1877 dimulai dengan suatu gerakan khalwat, yang dari tahun ke ahun menarik ratusan, bahkan ribuan imam dan awam, pria dan wanita untuk mengikuti hari-hari retret dalam Rumah Misi dan dengan demikian memperkenalkannya dalam lingkungan-lingkungan lebih luas. Tapi Rumah Misi itu terlebih lagi diperkenalkan lewat majalah-majalah, yang mencapai oplah yang tinggi.

Pada saat kematian Pendiri (1909), "Der Kleine Herz-Jesu-Bote" (kemudian menjadi "Steyler Missionsbote") mempunyai 41.000 pelanggan, "Stadt Gottes" 220.000, "St. Michaelskalender" malahan 655.000, di samping itu edisi Belanda dengan oplah 48.000. Lebih dari 63.600 orang, baik pria maupun wanita telah ambil bagian pada 592 retret di Rumah Misi.

Sejak 1888 telah dibuka cabang-cabang Serikat lebih lanjut: di Roma (St. Rafael), Mödling dekat Wina (St. Gabriel), Neisse, Slesia (Heiligkreuz), di Saarland (St. Wendel), Bischofshofen, Salzburg (St. Rupert), dan akhirnya dalam musim panas 1908 diambil keputusan untuk membuka Rumah Misi yang pertama di Amerika Serikat: St. Mary's di Techny dekat Chicago.

Masih dalam hidupnya Arnoldus Janssen telah mengambil alih daerah-daerah Misi dan wilayah-wilayah karya di semua benua. Dia sendiri dapat mengutus lebih dari 800 misionaris (333 imam, 187 bruder, 301 suster) ke: Cina (Shantung Selatan), Togo, Papua Nugini, Jepang, Argentina, Brasilia, Chile dan Paraguay, ke Amerika Utara, juga untuk karya Misi di antara orang-orang Negro yang sangat terlantar di negara-negara selatan. Perundingan-perundingan mengenai kegiatan di Filipina hampir diakhiri, sehingga pada 1909 misionaris-misionaris dari Steyl bisa datang ke pulau-pulau ini.

Sejak mula Arnoldus Janssen sudah memahami pentingnya keterlibatan suster-suster dalam kegiatan Misi, tapi baru pada 1889 dia mendirikan serikat suster-suster "Abdi-abdi Roh Kudus", yang berkembang demikian pesat, sehingga pada 1909 sudah ada sejumlah 450 suster Misi yang berkaul, 80 novis dan 30 postulan. Di Argentina, Togo, Papua Nugini, USA, Brasilia, Shantung Selatan (Cina) dan Jepang suster-suster SSpS sudah bekerja di samping para imam dan bruder. Pada waktu mendirikan kongregasi suster-suster Misi sudah dipikirkan mengenai satu cabang untuk suster-suster Adorasi Abadi yang dibentuk pada 1896 dan telah berkembang sebagai satu kongregasi tersendiri yakni suster-suster "Abdi-abdi Roh Kudus dari Adorasi Abadi". Pada 1909 jumlah mereka 30 suster, termasuk novis-novis dan postulan-postulan.

Karya yang dibangun dan dikembangkn oleh Arnoldus Janssen, dipimpinnya juga dengan seluruh tenaga pribadinya sampai dengan penyakit pitam yang dideritanya pada akhir Oktober 1908.

Ketika ia tutup usia pada 15 Januari 1909, ia meninggalkan karya Misi dari Steyl yang terdiri dari tiga serikat Misi itu dalam keadaan demikian mantap, sehingga selama dasawarsa-dasawarsa berikut, kendati menghadapi krisis serta kerugian yang besar akibat dua perang Dunia dan dalam masa nasional sosialisme, dapat berkembang terus dan menjadi salah satu dari antara serikat-serikat Misi terbesar di dalam Gereja.


Rahasia Keberhasilan: Arnold Janssen - Seorang Kudus
Kehidupan dan karya Arnoldus Janssen memberikan kesan yang demikian kuat, sehingga orang harus berkata: dia telah melaksanakan sesuatu yang luar biasa. Rasanya sukses-sukses karyanya lebih mengagumkan, bila orang ingat bahwa sejak masa mudanya dia menunjukkan dengan jelas batas-batas kemampuan dan batas-batas aslinya.

Pada gymnasium di Gaesdonck dia harus mengulang kelas III. Hal itu bisa dimengerti, karena memang persiapan pada sekolah rektorat di Goch tidak mencukupi. Tapi dia sendiri beberapa kali mengakui bahwa di gymnasium itu dia sungguh-sungguh harus membanting tulang. Tentang itu dia mengungkapkan dalam kenangan-kenangannya yang didiktekannya kepada P. Reinke. Pada 1902 dia berkata kepada sekretarisnya P. Jakob Koch: "Sampai sekarang saya tidak mengerti bagaimana sampai terjadi waktu itu (1849) sehingga saya dapat diterima di Gaesdonck, padahal saya jauh lebih lemah dari semua yang lain.

Dalam hal studi saya sama sekali tidak pernah cemerlang, hanya satu kali saya sampai mendapat pujian pada censur, tapi tidak pernah sampai mendapat bonus". Tapi dia berusaha sungguh-sungguh dan dapat mencapai hasil-hasil yang baik dalam matematika dan ilmu pengetahuan alam, dan meskipun di bidang bahasa dia tetap lemah, namun sebagai siswa ektern dia bisa lulus dalam ujian akhir di Münster pada 1855.

Di Bocholt dia adalah seorang yang bekerja teliti, penuh perhatian, tapi bukan seorang guru yang cemerlang, sebagaimana kemudian disaksikan oleh banyak di antara siswa-siswanya. Selama hidupnya dia tetap seorang yang dalam bekerja agaknya lebih lamban dan pelan. Beberapa kali dia menyatakan rasa kagumnya bahwa P. Blum bias bekerja lebih mudah dan cepat. Satu hal yang menegaskan penilaian ini ialah juga pendapat yang negatif dari orang-orang yang mengenalnya, apabila mereka mendengar tentang rencana-rencananya mengenai pembangunan Rumah Misi.

Bagaimana dapat dijelaskan, bahwa Arnoldus Janssen kendati batas-batas kemampuannya yang demikian dapat menyelesaikan dengan cara yang begitu berhasil tugas yang diberikan Allah kepadanya, yakni mendirikan dan meluaskan karya Misi dari Steyl itu dengan segala tuntutannya?

P. Hermann Fischer menulis dalam usaha untuk memahami lebih baik pribadi Pendiri Serikat-serikat Misi dari Steyl itu, yang oleh begitu banyak orang disalahpahami tapi dikagumi, sebagai berikut: "Kunci untuk mengetahui watak Arnoldus Janssen yang sulit dipahami itu ialah penalaran dan penilaiannya yang sangat bersifat asketis. Baginya adalah suatu hal yang hampir kodrati, bahwa ia melihat dan memperlakukan segala sesuatu yang dihadapinya dari sudut pandangan adikodrati".

Dengan sesungguhnya, dalam hidup pribadi dan juga dalam semua rencana dan tindakannya dia adalah pada intinya satu pribadi yang ditentukan oleh sikap dasar religiusnya.

Dia adalah seorang yang sangat mesra bersatu dengan Allah dan pasrah kepada Allah. Maka kita boleh mengatakan: dia adalah seorang kudus, sebagaimana diakui oleh Gereja dengan menggelarnya sebagai Yang Bahagia.


Sangat tepat ialah ungkapan tentang pribadi dan karya Pendiri Serikat-serikat Misi dari Steyl itu juga seperti terdapat dalam judul sebuah gambar bersuara oleh P. Johann Rzitka SVD: "Seorang yang percaya, yang berani bertindak", dan dalam judul buku riwayat hidup Arnoldus Janssen oleh Udo Haltermann "Seorang beriman menempuh jalannya". Sikap iman yang kokoh itu telah memungkinkan karya Arnoldus Janssen dan telah menguduskannya di dalam pelaksanaan tugas hidupnya.

Kongregasi Suster SSpS Nehas Liah Bing

Biara Sanctissima Trinitas

Pusat Kongregasi SSpS di Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Kaltim



Setelah resmi memulai karya pelayanannya di Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wehea, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, para suster yang tergabung dalam Kongregasi SSpS akhirnya mengambil nama Sanctissima Trinitas sebagai nama biaranya.
 
anak-anak PG/TK Santo Arnoldus Jansen Nehas Liah Bing
Pembukaan sekaligus peresmian biara tersebut langsung dilakukan oleh Almarhum Mgr. Sului Florentinus, MSF (Uskup Agung Samarinda) pada tanggal 31 Mei 2009.

Lokasi biara para Suster SSpS tersebut pada saat ini hanya berjarak sekiar 100 meter dari Gereja dan Pastoran Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing dan hanya berjarak sekitar 80-an meter dari Jalan Paroki sebagai jalan utama yang menghubungkan Jalan Raya Wehea (arah Jembatan Wehea) menuju Kampung Nehas Liah Bing.

Letaknya yang sangat strategis dalam sebuah lokasi seluas lebih dari 1 hektar dimasa depan diharapkan dapat terintegrasi dengan semua kegiatan dalam karya pelayanan yang telah direncanakan.

Suster Louis, SSpS, yang saat ini berkarya di wilayah Kecamatan Mensalong (Lumbis), Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara pada awal tahun 2013 mengungkapkan bahwa dipilihnya lokasi saat ini merupakan sebuah berkat tersendiri karena langsung berdekatan dengan kompleks Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing.

Sebelumnya, para suster bersama dengan almarhum Remygius Ukat, SVD, memilih lokasi yang berada jauh dari akses jalan (jalan penghubung yang direncanakan belum dibangun), sehingga dimasa depan diperkirakan akan menyulitkan aksesibilitas para suster untuk melaksanakan karyanya, sehingga akhirnya bagaikan “mujizat” salah satu warga Nehas Liah Bing merelakan lahannya untuk dibeli oleh Kongregasi SSpS dan melalui perjuangan berliku serta peran serta umat, akhirnya terbangunlah bangunan biara saat ini.

Suster Hermine, SSpS, selaku suster kepala dalam beberapa pertemuan selalu mengungkapkan harapan akan lancarnya karya para Suster SSpS dalam wilayah paroki ini.

Pada saat ini, selain melaksanakan kegiatan yang mendukung pelayanan pastoral, para suster juga menjadi staff pengajar pada beberapa sekolah (SMP & SMA), diantaranya adalah Suster Hermine, SSpS dan Suster Caroline, sedangkan Suster Ines, SSpS, yang juga merupakan organis paroki menjadi pengajar di PG/TK Santo Arnoldus Jansen yang terletak di RT. 03, Nehas Liah Bing.

Sebagai sebuah biara yang belum lama berdiri, tantangan besar seolah menunggu, tetapi dengan doa dan harapan, beberapa tantangan dapat dilewati.


Sebelum menempati biara yang ada saat ini, para Suster SSpS mengontrak sebuah rumah seorang warga desa untuk dijadikan biara sementara, dan dengan tekad yang luar biasa, tentunya dengan bantuan dan peran dari umat paroki, mimpi untuk mendirikan biara sebagai pusat kegiatan untuk melaksanakan pelayanan akhirnya terwujud.
 
suster bersama rekan pengajar
Sementara tantangan lainnya pun sudah berhasil dilewati. Perjuangan untuk mengembangkan sekolah berhasil dirintis, bekerjasama dengan Dewan Pastoral dan Pastor Paroki serta umat, akhirnya berhasil membuka sekolah untuk anak usia dini, yaitu Play Group dan Taman Kanak-Kanak yang kemudian dinamai PG/TK Santo Arnoldus Jansen.

Berdirinya biara serta pengembangan PG/TK yang ada saat ini diharapkan dapat menjadi cikal bakal pengembangan pendidikan berkualitas di wilayah paroki Santa Maria Ratu Damai.

anak-anak pg/tk St. Arnoldus Jansen
Pater Lucius Tumanggor, SVD, selaku pastor paroki mengungkapkan harapannya agar kelak setelah PG/TK, Kongregasi SSpS harus segera memikirkan kelanjutannya, yaitu pendidikan tingkat Sekolah Dasar.  Untuk itu, mulai sekarang perlu segera dipikirkan untuk segera menginisiasi dalam rangka mempersiapkan gedungnya. Biar sederhana dahulu, yang penting dapat menampung lulusan TK kelak, tutur Pater Lucius, SVD.

seorang anak TK. St. Arnoldus Jansen
Dalam rencana pengembangan, Biara Sanctissima Trinitas sebagai pusat kegiatan para Suster SSpS dimasa depan direncakan akan terintegrasi langsung dengan pusat pendidikan yang direncakan mulai dari PG/TK hingga Sekolah Dasar.

suasana belajar

Pilihan untuk mengembangkan pendidikan dasar menjadi sangat penting karena tanpa pendidikan dasar yang berkualitas, maka akan sangat sulit untuk menyiapkan generasi muda yang berkualitas pula, sehingga walaupun tantangannya saat ini sangat berat, tetapi dengan tekad dan semangat serta doa, para Suster SSpS percaya bahwa secara perlahan, mimpi besar mereka akan terwujud.


Hadirnya Biara Sanctissima Trinitas yang digawangi oleh para Suster SSpS dimasa depan diharapkan dapat memberi warna baru, baik dalam dukungan terhadap peningkatan pelayanan pastoral, juga dalam berbagai karya pelayanan pastoral lainnya termasuk pengembangan karya pendidikan……..semoga…………………

Suster Inez, SSpS

Mengajar Sambil Bermusik


Dengan raut muka berbalut keceriaan, Suster Ines, SSpS, demikian dia akrab dipanggil tampak bersemangat mengatur anak-anak yang menjadi bagian dari PG/TK Santo Arnoldus Jansen Nehas Liah Bing pagi itu (3/12/13).
 
mengajar sambil bermusik
Gayanya yang lincah seolah menjadi pengiring semangat bagi Suster Inez, SSpS dalam mengimplementasikan semangat kongregasinya dalam totalitas pelayanan karya dibidang pendidikan.

Sebelum bertugas di wilayah Biara Sanctissima Trinitas, Suster Ines, SSpS bertugas di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
 
Suster Inez, SSpS dengan gitarnya
Menjadi “komandan” di TK (Kelas-B), Suster Inez, SSpS seolah tidak ingin melepaskan “talenta”nya barang sejenak. Pagi itu, sebuah gitar terpajang tepat disamping meja ruang kelas yang tertata rapi.

Setelah kegiatan awal di pagi itu, ditambah dengan kegiatan yang tidak diduga, yaitu foto bersama anak-anak PG/TK, dengan tertib guru dan murid PG/TK memasuki masing-masing kelas termasuk Suster Inez.
 
bersama anak-anak PG/TK dan rekan pengajar lainnya
Dalam beberapa menit, gitar yang terpajang itupun telah berpindah. Sambil berdiri dan memegang gitar, tiba-tiba terdengar petikan suara gitar diiringi oleh anak-anak yang bernyanyi.

Sebuah kekhasan dan sadar akan talentanya, Suster Inez, SSpS, rupanya telah memberi “rasa” dan warna lain dalam kelas di pagi itu. Petikan gitar diiringi nyanyian anak-anak yang penuh semangat juga menciptakan sebuah suasana yang berbeda.

Mencoba mencermati, ternyata sebuah padanan tercipta dengan indahnya, Suster Inez ternyata bukan hanya memeriahkan suasana kelas di pagi itu dengan petikan gitarnya, tetapi dia juga mengajar. Mengutip kata bijak dari beberapa pengamat pendidikan, apa yang terlihat pagi itu seolah seperti “mengajar sambil bermain musik”, yang bertujuan selain membangun “rasa musical” anak-anak, juga sebagai bagian yang terintegrasi dengan penyampaian materi.


Dalam metode pengajaran, hal-hal seperti itu pada saat ini sangat diharapkan, khususnya untuk membangun “kecerdasan  ganda” pada anak-anak. Salute dengan metodenya, semoga PG/TK Santo Arnoldus Jansen dimasa depan akan semakin berkembang dengan berani mengusung cirinya sendiri dalam upaya memajukan pendidikan di wilayah ini…..Selamat………………… (admin).

Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Perjalan Ziarah Suster Reneldis SSpS ke Stayl dan ...

Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Perjalan Ziarah Suster Reneldis SSpS ke Stayl dan ...: Suster Reneldis, SSpS Hampir dua tahun bertugas di Paroki St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing. Berkarya bersama dua rekan suster lainny...

Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Suster-Suster SSpS Kembangkan Kebun Karet

Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Suster-Suster SSpS Kembangkan Kebun Karet: Nehas Liah Bing, 22/10/11 Diawali sebuah mimpi untuk dapat berkarya secara mandiri, para Suster SSpS di Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas ...

Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Gereja & Pelestarian Lingkungan

Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Gereja & Pelestarian Lingkungan: Pengembangan Kawasan Kung Beang Sebagai Tempat Wisata Rohani Apa hubungan antara gereja dan kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan atau...

Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Sebaran Umat Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas L...

Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Sebaran Umat Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas L...: Bagian Kedua Pada bagian pertama, telah dijelaskan sebaran umat pada stasi-stasi yang letaknya jauh dari pusat paroki, diantaranya adalah ...

Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing_Wehe...

Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing_Wehe...: Stasi Santo Petrus Bea Nehas Bea Nehas, adalah sebuah desa yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Komunitas Masyarakat Adat Wehea ya...

Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Komunitas Sanctisima Trinitas Nehas Liah Bing ikut...

Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Komunitas Sanctisima Trinitas Nehas Liah Bing ikut...: Berita SSpS Nehas, Rabu (26/10/11) Bertempat di Pusat Pelatihan Komputer Komunitas Wehea, para Suster dari Kongregasi SSpS Komunitas Sa...

Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Ribuan Umat Hadiri Penutupan Bulan Maria di Gua Ku...

Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Ribuan Umat Hadiri Penutupan Bulan Maria di Gua Ku...: Nehas, 30/10/11 Cuaca yang mendung di minggu pagi (30/10/11), serta kondisi jalan yang licin setelah diguyur hujan pada hari Sabtu malam, t...

Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Suster Louis, SSpS Menuju Tanah Misi Baru

Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Suster Louis, SSpS Menuju Tanah Misi Baru: Suster Perintis itu akhirnya Menuju Tanah Misi Baru Nehas Liah Bing (8/5/3) Bertempat di Pastoran Paroki St. Maria Ratu Damai Neh...

Perjalanan Karya Para Suster SSpS di Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Wehea, East Borneo

Membangun Mimpi, Wujudkan Perubahan


Sejak awal menginjakan kakinya di Paroki Santa Maria Ratu Damai, sebuah mimpi besar telah diusung oleh para Suster SSpS. Sejak masa orientasi awal pada tahun 2009, secara berkala para suster SSpS datang ke Nehas Liah Bing untuk memotret lebih dalam tentang peluang melaksanakan karyanya di wilayah ini.

Puncaknya adalah saat kunjungan Pimpinan Kongregasi Suster-Suster SSpS yang berpusat di Roma, rela datang untuk mendorong dan mendukung rencana pengembangan biara baru di wilayah paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing.

Sebuah upaya dan perjalanan panjang itu akhirnya terwujud serta semua doa dan harapan terkabul bersamaan dengan peresmian Biara Sanctisima Trinitas di Nehas Liah Bing yang didahului dengan perayaan Ekaristi Kudus yang dipimpin langsung oleh (Alm) Mgr. Sului Florentinus, MSF tepat pada akhir perayaan Bulan Maria, tanggal 31 Mei 2009.

Tangga pertama telah ditapaki, tangga lainnya telah menunggu untuk dinaiki. Sebuah rumah kosong milik seorang muslim, warga Nehas Liah Bing pun menjadi tempat bernaung pertama bagi para suster. Sebuah contoh dari sikap toleransi nyata ditunjukan oleh Bapak Dodoy bersama istrinya, dimana saat peresmian dan pemberkatan rumah biara sementara tersebut, beliau hadir bersama umat Katolik lainnya dan bersukacita bersama.

Sebuah contoh nyata yang selayaknya menjadi panutan dan perlu diberikan apresiasi tinggi, karena Keluarga Pak Dodoy dengan penuh sukarela mengontrakan rumahnya untuk dijadikan rumah biara sementara bagi para suster tersebut.

Dengan diresmikannya Biara Sanctissima Trinitas (biara pertama dan sementara) pada tanggal 31 Mei 2009 (malam), maka secara resmi pula para suster mulai mengembangkan karyanya di wilayah paroki ini.

Bahu membahu bersama Pastor Paroki, para suster dengan setia melaksanakan pelayanan pada beberapa wilayah yang sebelumnya kurang mendapatkan sentuhan pelayanan pastoral karena terbatasnya tenaga pastoral yang ada.

Almarhum Pater Remygius Ukat pasca peresmian mengungkapkan bahwa tantangan keterbatasan tenaga pastoral yang ada sedikit demi sedikit mulai teratatasi dengan hadirnya para Suster SSpS tersebut, dan pastor dapat berkosentrasi penuh untuk melaksanakan pelayanan pada wilayah-wilayah terjauh.

Luasnya wilayah paroki yang meliputi 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Muara Wehea (orang luar biasa menyebut Wahau), Kong Beng, Telen dan Batu Ampar, menjadi sebuah tantangan yang harus diatasi oleh para pastor yang bertugas dalam wilayah Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing

Dengan hadirnya para suster tersebut, pelayanan pastoral pun diperluas, yaitu melaksanakan pelayanan pada calon stasi yang baru yang tersebar pada beberapa wilayah seperti di area PT. Karyanusa Eka Daya (KED-Astra Group) dan wilayah Sungai Elang dan Merapun (Kecamatan Kelay) yang ada di area PT. Gunta Samba.

Dalam mejalankan karya pelayanan untuk mendukung kegiatan pastoral paroki, para suster juga mengusung misi lain, yaitu mendorong terbangunnya sebuah karya lain, yaitu di bidang pendidikan.

Minimnya pendidikan berkualitas dalam wilayah paroki telah memberikan tantangan baru bagi para suster, sehingga akhirnya, pada Sidang Pleno Dewan Pastoral Paroki Santa Maria Ratu Damai yang dilaksanakan pada tanggal 7-8 Januari menghasilkan sebuah keputusan, dimana Pastor Thomas Sudarmoko, SVD, pastor paroki kala itu merestui dan menyetujui dilaksanakannya karya pendidikan dalam wilayah paroki serta menetapkan pusat karya pendidikannya di Desa Nehas Liah Bing termasuk didalamnya adalah merestui penggunaan gedung gereja paroki yang lama untuk dijadikan sebagai ruang kelas.

Akhirnya, salah satu mimpi besar para Suster SSpS pun terwujud dengan dibuka dan diresmikannya PG/TK Santo Arnoldus Jansen pada tahun pembelajaran 2013/2014. Kini, tantangan lainpun telah menunggu. Pasca membuka PG/TK, sebuah pertanyaan muncul, bagaimana cara untuk menampung para calon siswa sekolah dasar nanti ketika selesai melewati masa pendidikannya di TK.

Mengingat perjalanan berliku yang dilalui dan pengalaman yang diperoleh dalam tempaan kondisi-kondisi sulit, tentu menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk dijawab oleh para Suster SSpS, sehingga sebuah mimpi besar untuk mewujudkan perubahan dapat dicapai.

Karya Suster SSpS di Nehas Liah Bing, Wehea, East Borneo

PG/TK Santo Arnoldus Jansen


Sebuah karya pendidikan akhirnya berhasil dimulai oleh para Suster SSpS dari Biara Sanctisima Trinitas di Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wehea, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Memulai karyanya secara resmi di wilayah Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing pada tanggal 31 Mei 2009 yang ditandai dengan Misa Pembukaan Biara yang dipimpin langsung oleh Alm. Mgr. Sului Florentinus, MSF, yang didampingi oleh Alm. Pater Remygius Ukat, SVD dan dihadiri oleh pastor moderator dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah. 

Alm. Mgr. Sului Florentinus, MSF, kala pembukaan Biara Susteran SSpS di Nehas Liah Bing mengungkapkan harapannya agar dengan kehadirannya para suster yang tergabung dalam kongregasi SSpS tersebut dapat mengedepankan pelayanan, baik untuk membantu karya pastoral dalam sebaran wilayah Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing maupun dengan karya lainnya yang akan diusung oleh para suster SSpS.

Setelah melalui perjalanan berliku, mulai dari bangunan biara yang masih "ngontrak" pada awal kedatangan, kemudian akhirnya berhasil membangun biara sederhana yang baru, dan sesuai dengan hasil Pleno DPP pada periode Januari 2013 serta persetujuan oleh Pastor Paroki kala itu (Pater Thomas Sudarmoko, SVD), bahwa mulai tahun ajaran 2013/2014, para suster SSpS akan masuk dalam karya pelayanan lainnya, yaitu karya pendidikan.

Mengawali karya dibidang pendidikan, karena kebutuhan yang telah sangat mendesak dan belum dapat membangun gedung sendiri, Pastor Paroki akhirnya menyetujui karya pendudukan tersebut akan menempati sementara bangunan gereja paroki yang lama dan seluruh pembiayaan bersumber dari Kongregasi SSpS serta para donatur.

Sebuah perjalanan itu akhirnya bermuara pada sebuah titik, dimana akhirnya pada periode Juli 2013, bersamaan dengan masuknya tahun ajaran baru sebuah karya pendidikan berhasil dimulai khususnya pendidikan usia dini, yaitu play group dan taman kanak-kanak.

Sebelum diresmikan, para suster kemudian menyepakati bahwa PG/TK yang akan dimulai tersebut diberinama PG/TK Santo Arnoldus Jansen sebagai nama sekolah sekaligus nama pelindung sekolah tersebut dan pemberian nama tersebut juga disetujui oleh pastor paroki, yaitu Pater Lucius Tumanggor, SVD, yang menggantikan Pater Thomas Sudarmoko, SVD.

Kini, karya pendidikan PG/TK tersebut telah memasuki tengah tahun pertama, sebuah harapan besar kini menggelayut pada kalangan masyarakat bahwa sebuah sistem pendidikan yang terintegrasi dalam sebuah model tersendiri yang diusung oleh para Suster SSpS tersebut akan memberi warna baru dalam pengembangan pendidikan di wilayah Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing


Senin, 02 Desember 2013

Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Kongregasi SSPS di Paroki St. Maria Ratu Damai

Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing: Kongregasi SSPS di Paroki St. Maria Ratu Damai: Para Suster yang hadir pada pembukaan Biara SSPS di Nehas Liah Bing (no. 2 dari kanan: Sr. Louis. SSPS, dan no. 3, adalah Suster Renelis...

Para Suster SSpS Kembangkan PG/TK di Nehas Liah Bing, Muara Wehea, Kutai Timur, Kaltim

Sebuah Karya Pendidikan dari para Suster SSpS di Nehas Liah Bing


Sumber: santamariaratudamai.blogspot.com

Nehas Liah Bing (19/2/13).


Sesuai dengan amanat dan keputusan Rapat Pleno DPP St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing_Wehea_Kalimantan Timur, pada tanggal 7-8 Pebruari 2013, bahwa Komunitas Suster SSpS Sanctissima Trinitas Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wehea, Kutai Timur, Kaltim, ditunjuk untuk segera melakukan persiapan program pendidikan untuk anak usia dini dengan kosentrasi pada PG/TK.

Pater Thomas Sudarmoko, SVD, selaku Pastor Paroki St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing (sebelum pindah tugas) menyampaikan bahwa dengan disepakatinya agar Komunitas Suster SSpS segera memulai karya pendidikan di wilayah pusat paroki, maka langkah-langkah kongkrit harus segera diambil oleh komunitas SSpS disini. Silakan gunakan gedung gereja yang lama sebagai awal untuk memulai karya itu, ujar Pater Thomas, SVD.

Senada dengan Pater Thomas, SVD, Suster Hermine, SSpS, selaku Ketua Komunitas SSpS Sanctisimma Trinitas Nehas Liah Bing mengungkapkan rasa haru dan gembira, bahwa mimpi untuk melakukan pelayanan dan karya dibidang pendidikan telah direstui oleh pemangku wilayah paroki.

Menyikapi hal tersebut, dalam kesempatan yang berbeda tanggal 6 Pebruari 2013, Komunitas Sanctissima Trinitas Nehas Liah Bing mendapat kunjungan dari Pimpinan Kongregasi SSpS Provinsi Kalimantan dari Palangkaraya.

Kedatangan pimpinan kongregasi tersebut juga dimanfaatkan oleh para suster di Nehas Liah Bing untuk mendiskusikan dan memantapkan rencana untuk mengembangkan karya pendidikan di pusat paroki.

Suster Hermine, SSpS, dalam sebuah percakapan di Biara SSpS Nehas Liah Bing mengungkapkan, selain rasa gembira karena telah direstui oleh Pastor Paroki saat Pleno DPP Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, pada saat ini terdapat sebuah ganjalan besar yang dihadapi oleh komunitas SSpS disini, yaitu persoalan pendanaan untuk memulai kegiatan tersebut.

Gedung telah ada, dan perlu dilakukan beberapa pembenahan, diantaranya pembuatan sekat ruangan, sarana permainan, termasuk pagar bagian depan gereja. Secara prinsip kami siap untuk memulai rencana dan karya pendidikan tersebut, tetapi kami berharap kiranya ada pihak yang mau membantu baik secara perorangan ataupun kelembagaan, untuk dapat membantu kami dalam memulai karya ini.

Sebuah mimpi besar, sebagai sebuah jalan untuk membangun sebuah karya pendidikan, diperlukan sebuah kesiapan dari segala aspek, termasuk pendanaannya. Semoga karya para Suster SSpS dapat terus berjalan, seiring dengan dinamika perkembangan yang semakin pesat diwilayah ini, sekaligus mengambil peran dalam rangka mendukung pengembangan sumberdaya manusia di wilayah ini.

Pendanaan, walaupun saat ini menjadi kendala, tetapi dengan sumberdaya apapun yang ada saat ini, para Suster SSpS menyatakan siap untuk memulai tentunya dengan segala keterbatasan yang ada.

Semoga sukses, Tuhan Memberkati....Amin.