Selasa, 03 Desember 2013

Perjalanan Karya Para Suster SSpS di Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing, Wehea, East Borneo

Membangun Mimpi, Wujudkan Perubahan


Sejak awal menginjakan kakinya di Paroki Santa Maria Ratu Damai, sebuah mimpi besar telah diusung oleh para Suster SSpS. Sejak masa orientasi awal pada tahun 2009, secara berkala para suster SSpS datang ke Nehas Liah Bing untuk memotret lebih dalam tentang peluang melaksanakan karyanya di wilayah ini.

Puncaknya adalah saat kunjungan Pimpinan Kongregasi Suster-Suster SSpS yang berpusat di Roma, rela datang untuk mendorong dan mendukung rencana pengembangan biara baru di wilayah paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing.

Sebuah upaya dan perjalanan panjang itu akhirnya terwujud serta semua doa dan harapan terkabul bersamaan dengan peresmian Biara Sanctisima Trinitas di Nehas Liah Bing yang didahului dengan perayaan Ekaristi Kudus yang dipimpin langsung oleh (Alm) Mgr. Sului Florentinus, MSF tepat pada akhir perayaan Bulan Maria, tanggal 31 Mei 2009.

Tangga pertama telah ditapaki, tangga lainnya telah menunggu untuk dinaiki. Sebuah rumah kosong milik seorang muslim, warga Nehas Liah Bing pun menjadi tempat bernaung pertama bagi para suster. Sebuah contoh dari sikap toleransi nyata ditunjukan oleh Bapak Dodoy bersama istrinya, dimana saat peresmian dan pemberkatan rumah biara sementara tersebut, beliau hadir bersama umat Katolik lainnya dan bersukacita bersama.

Sebuah contoh nyata yang selayaknya menjadi panutan dan perlu diberikan apresiasi tinggi, karena Keluarga Pak Dodoy dengan penuh sukarela mengontrakan rumahnya untuk dijadikan rumah biara sementara bagi para suster tersebut.

Dengan diresmikannya Biara Sanctissima Trinitas (biara pertama dan sementara) pada tanggal 31 Mei 2009 (malam), maka secara resmi pula para suster mulai mengembangkan karyanya di wilayah paroki ini.

Bahu membahu bersama Pastor Paroki, para suster dengan setia melaksanakan pelayanan pada beberapa wilayah yang sebelumnya kurang mendapatkan sentuhan pelayanan pastoral karena terbatasnya tenaga pastoral yang ada.

Almarhum Pater Remygius Ukat pasca peresmian mengungkapkan bahwa tantangan keterbatasan tenaga pastoral yang ada sedikit demi sedikit mulai teratatasi dengan hadirnya para Suster SSpS tersebut, dan pastor dapat berkosentrasi penuh untuk melaksanakan pelayanan pada wilayah-wilayah terjauh.

Luasnya wilayah paroki yang meliputi 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Muara Wehea (orang luar biasa menyebut Wahau), Kong Beng, Telen dan Batu Ampar, menjadi sebuah tantangan yang harus diatasi oleh para pastor yang bertugas dalam wilayah Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing

Dengan hadirnya para suster tersebut, pelayanan pastoral pun diperluas, yaitu melaksanakan pelayanan pada calon stasi yang baru yang tersebar pada beberapa wilayah seperti di area PT. Karyanusa Eka Daya (KED-Astra Group) dan wilayah Sungai Elang dan Merapun (Kecamatan Kelay) yang ada di area PT. Gunta Samba.

Dalam mejalankan karya pelayanan untuk mendukung kegiatan pastoral paroki, para suster juga mengusung misi lain, yaitu mendorong terbangunnya sebuah karya lain, yaitu di bidang pendidikan.

Minimnya pendidikan berkualitas dalam wilayah paroki telah memberikan tantangan baru bagi para suster, sehingga akhirnya, pada Sidang Pleno Dewan Pastoral Paroki Santa Maria Ratu Damai yang dilaksanakan pada tanggal 7-8 Januari menghasilkan sebuah keputusan, dimana Pastor Thomas Sudarmoko, SVD, pastor paroki kala itu merestui dan menyetujui dilaksanakannya karya pendidikan dalam wilayah paroki serta menetapkan pusat karya pendidikannya di Desa Nehas Liah Bing termasuk didalamnya adalah merestui penggunaan gedung gereja paroki yang lama untuk dijadikan sebagai ruang kelas.

Akhirnya, salah satu mimpi besar para Suster SSpS pun terwujud dengan dibuka dan diresmikannya PG/TK Santo Arnoldus Jansen pada tahun pembelajaran 2013/2014. Kini, tantangan lainpun telah menunggu. Pasca membuka PG/TK, sebuah pertanyaan muncul, bagaimana cara untuk menampung para calon siswa sekolah dasar nanti ketika selesai melewati masa pendidikannya di TK.

Mengingat perjalanan berliku yang dilalui dan pengalaman yang diperoleh dalam tempaan kondisi-kondisi sulit, tentu menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk dijawab oleh para Suster SSpS, sehingga sebuah mimpi besar untuk mewujudkan perubahan dapat dicapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

berikan komentar anda