Rabu, 11 Desember 2013

Suster SSPS Rencanakan Bangun Sekolah Dasar

Setelah berhasil membuka karya pendidikan dengan fokus pada anak-anak usia dini (PG/TK), para Suster SSpS di Biara Sanctissima Trinitas telah direncanakan tindak lanjut karya pendidikan pada tingkat pendidikan dasar, demikian seperti yang diungkapkan oleh Bapak Andreas Heng Tung, salah satu tokoh masyarakat di Desa Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wehea (Wahau), Kabupaten Kutai Timur, Kaltim.
Anak-anak TK Santo Arnoldus Jansen Nehas Liah Bing
Tantangan terbesar dari karya pendidikan yang dikembangkan oleh para Suster SSpS dalam wilayah Paroki Santa Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing adalah dalam rangka merealisasikan rencana pembangunan gedung sekolah dasar sebagai langkah nyata untuk menampung siswa yang telah lulus TK pada tahun ajaran baru 2014. Sangat disayangkan apabila pola pendidikan yang telah didapat anak-anak TK saat ini terputus karena ketiadaan sekolah berkualitas di wilayah ini, ungkap Pater Lucius Tumanggor, SVD.

Sesuai dengan rencana jangka panjang, Yayasan Pendidikan yang menaungi PG/TK Santo Arnoldus Jansen akan melakukan pengembangan hingga ke tingkat pendidikan dasar. Minimal kita punya dulu 2-3 kelas, agar lulusan TK Santo Arnoldus Jansen dapat ditampung di sekolah tersebut.
bernyanyi sambil belajar_sebuah pola pendidikan di TK St. Arnoldus Jansen Nehas Liah Bing
Menyikapi hal tersebut, Chris Djoka, mengungkapkan bahwa perlu segera dipertimbangkan untuk memikirkan secara bersama bagaimana mewujudkan mimpi para Suster SSpS tersebut, terutama membangun ruang kelas demi menampung para lulusan TK-StAJ. Kita dapat meniru konsep yang dikembangkan oleh Romo Mangunwijaya dalam pengembangan Sekolah Dasar Eksperimental (SDE) Mangunan di Yogyakarta, tidak perlu sebuah bangunan yang mewah, tetapi yang mau ditonjolkan disini adalah sebuah kualitas yang luar biasa, karena dengan adanya sekolah berkualitas secara tidak langsung akan mampu mendongkrak kualitas sumberdaya manusia di wilayah ini, tutur Chris.

Suster Hermine, SSpS, dalam sebuah diskusi juga pernah mengungkapkan hal serupa. Menurut Bapak Heang Tung, seperti yang disampaikan pasca berdiskusi dengan Suster Hermine, SSpS, yang juga merupakan kepala biara Sanctissima Trinitas Nehas Liah Bing, bahwa lokasi pembangunan tidak ada masalah. Dengan ketersediaan lahan sekitar 1 hektar, kita dapat merencanakan banyak hal demi terciptanya sekolah berkualitas di wilayah ini.

Keberadaan sekolah berkualitas merupakan mimpi banyak kalangan. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu warga di Desa Karya Bhakti yang berjarak 7 km dari Biara Suster SSpS, bahwa mereka akan menyekolahkan anaknya di SD yang dikelola oleh para suster apabila sekolah tersebut telah ada. Hal tersebut artinya, bahwa jarak bukan merupakan kendala bagi masyarakat untuk mendapatkan akses pendidikan terbaik bagi anak-anak mereka.

Bila menilik SDE Mangunan Yogyakarta, sebuah sekolah yang menjadi salah satu basis penelitian dalam pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dimana hingga saat ini belum memiliki gedung sendiri (masih mengontrak rumah-rumah warga untuk ruang kelas, kantor, perpustakaan, dll), maka keberadaan sarana/prasarana sekolah yang megah dan mewah bukanlah tujuan akhir dari upaya menciptakan sebuah sekolah berkualitas tinggi. Mengapa? Karena kualitas sekolah bukan hanya ditentukan oleh faktor gedung/ruang kelas yang mewah, tetapi bagaimana sekolah dapat menciptakan sistemnya sendiri sebagai sebuah ciri khas didukung oleh para pengajar yang kompeten.

Selain itu, di wilayah Kecamatan Muara Wahau dan Kong Beng, bukan rahasia umum lagi bahwa dengan ketersediaan sarana/prasarana memadai dan didukung pendanaan dari pemerintah juga belum mampu mengangkat kualitas pendidikan di wilayah ini.

Sebagai sebuah langkah strategis, dalam mewujudkan rencana tersebut, tentunya walaupun dengan segala keterbatasannya akan mampu dijawab oleh para suster, seperti yang pernah terjadi saat akan merealisasikan pengembangan PG/TK yang ada saat ini.

Sebuah perjalanan yang tidak mudah tentunya bagi para Suster SSpS untuk mengembangkan karya pendidikan, dan semoga selalu yakin, bahwa para Suster tidak berjalan sendirian, karena akan ada "tangan-tangan" lain yang bersedia secara sukarela untuk mewujudnyatakan karya pendidikan yang mulai dikembangkan tersebut..... Semoga......


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

berikan komentar anda